Pada dasarnya
terapi eksistensial memiliki tujuan untuk meluaskan kesadaran diri
klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni bebas
dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi oleh Gerald Corey
pada tahun 1999, terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien
menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan nilai dan kesadaran
bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan-kekuatan determinisik
dari luar dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh
karena pemahamannya bahwa tugas manusia adalah menciptakan
eksistensinya yang bercirikan integritas dan makna.
Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama dari seorang terapis adalah berusaha memahami keberadaan
klien dalam dunia yang dimilikinya. Tugas terapis diantaranya adalah
membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia: “Ini adalah
saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang
hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.
Peran terapis sebagai ”spesialis mata ketimbang pelukis”, yang bertugas
memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien.
Penerapan Teknik dan Prosedur Terapeutik
Pendekatan eksistensial pada dasarnya tidak memiliki perangkat teknis
yang siap pakai seperti kebanyakan pendekatan lainya. Pendekatan ini
bisa menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik, juga bisa
menggunakan teknik kognitif-behavioral. Metode yang berasal dari
Gestalt dan analis Transaksional pun sering digunakan. Akan tetapi pada
intinya, teknik dari pendekatan ini adalah penggunaan kemampuan dari
pribadi terapis itu sendiri.
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat
itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan
kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan
kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap. Dalam
tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak
mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor
mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran
mereka dalam hal pencitpaan masalah dalam kehidupan mereka.
Pada tahap pertengahan, klien didorong agar bersemangat untuk lebih
dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini
akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan
sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap
pantas.
Tahap Terakhir berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah
mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk
mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien
biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya
yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri
dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta
bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya. http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-eksistensial/06511676
Tidak ada komentar:
Posting Komentar