Guru BK Bukan
Polisi Sekolah
Fakta di lapangan, keberadaan Bimbingan
dan Konseling (BK) di sekolah identik dengan masalah yang dihadapi siswa.
Banyak siswa yang dianggap bermasalah diarahkan ke guru BK atau biasa disebut
konselor. Hal ini tidaklah salah, namun juga tak terlalu tepat. Ada
kecenderungan guru BK ibarat polisi sekolah yang tugasnya menghukumi siswa
bermasalah. Bahkan, siswa merasa tak nyaman berhubungan dengan guru BK, karena
malu dan takut dianggap bermasalah oleh siswa-siswa lainnya.
Seperti itukah wajah BK di sekolah?
Kenyataan tak dimungkiri apabila siswa
kerapkali menjumpai masalah dalam kehidupannya.
Masalah itu bisa berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, ada individu siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada individu siswa yang membutuhkan intervensi pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Masalah itu bisa berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, ada individu siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada individu siswa yang membutuhkan intervensi pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Terkait perlunya intervensi pihak lain
dalam upaya mengatasi masalah individu siswa, keberadaan BK di sekolah
menemukan fungsi dan perannya. BK, papar Eti Nurhayati (2011), adalah ilmu
pengetahuan, seni, sekaligus sarana untuk menolong manusia yang sedang
membutuhkan pertolongan dari masalah yang sedang dihadapi atau dari masalah
yang kemungkinan akan dihadapinya. Artinya, BK memang berupaya membantu
individu siswa mengatasi masalahnya, namun BK juga berfungsi melakukan usaha
preventif agar individu siswa terhindar dari masalah.
Menurut Dedi Supriadi (2004: 209-210), ada
beberapa alasan mengenai pentingnya layanan BK di sekolah. Pertama, perbedaan
antara individu. Setiap siswa mempunyai perbedaan antara satu dengan lainnya,
di samping persamaannya. Perbedaan menyangkut kapasitas intelektual,
keterampilan (skills), motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, dan lain-lain.
Kedua, siswa-siswa menghadapi masalah-masalah dalam pendidikan. Masalah-masalah
tersebut bisa masalah-masalah pribadi, hubungan dengan orang lain (guru,
teman), masalah kesulitan belajar, dan lain-lain. Dalam penyelesaiannya
seringkali tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan memerlukan bantuan orang
lain untuk berdialog. Orang lain maksudnya adalah orang yang mau mengerti diri
siswa dan mengetahui cara penyelesaiannya. Dalam setting sekolah, konselor
adalah orang yang dituntut untuk dapat memberikan bantuan tersebut.
Ketiga, masalah belajar. Siswa datang ke
sekolah dengan harapan agar bisa mengikuti pendidikan dengan baik. Tidak
selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka hadapi, bersumber dari
stress karena tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk
bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, ingat kepada keluarga (homesick), persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual
yang kurang, motivasi belajar yang lemah, dan lain-lain. Masalah-masalah
tersebut tidak selalu diselesaikan dalam setting belajar-mengajar di kelas,
melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh konselor melalui konsultasi
pribadi.
Ditinjau lebih jauh, banyak hal yang
sebenarnya perlu digarap guru BK di sekolah. Pembentukan konsep diri siswa perlu
dilakukan. Bagaimana pun, perbedaan-perbedaan individu (individual differences) antara siswa satu dengan siswa yang lain
tak terhindarkan. Siswa dengan konsep diri yang baik dapat menerima kelebihan
dan kekurangan dirinya. Adakanya siswa merasa rendah diri dengan bentuk fisik
atau faktor lainnya, sehingga menghambat pencapaian tujuan belajarnya. Melihat
nilai mata pelajarannya rendah dibandingkan siswa-siswa lainnya, ada siswa yang
patah semangat dan kehilangan motivasi sehingga malas berangkat ke sekolah.
Guru BK berkepentingan membangun konsep diri siswa, sehingga tak menyebabkan
siswa memiliki masalah di kemudian hari. Jika siswa memiliki masalah, guru BK
melakukan upaya identifikasi untuk membantu siswa menyelesaikan masalahnya
secara tepat.
Tak bisa dimungkiri apabila
persoalan-persoalan siswa cukup kompleks. Masalah yang dialami siswa memiliki
kompleksitas tersendiri yang tak mungkin dihadapi dengan metode yang sama.
Siswa bukan individu yang terpisah dari lingkungan. Permasalahan siswa
dimungkinkan akibat faktor lingkungan, seperti lingkungan teman sebaya,
keluarga, dan masyarakat. Terpaan arus informasi dan media massa yang kurang
positif juga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa. Maka,
tantangan yang dihadapi guru BK tidaklah ringan. Kasus kenakalan siswa seperti
penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku seks bebas perlu juga mendapatkan
fokus tersendiri oleh guru BK di sekolah.
Terkait stigma guru BK sebagai polisi
sekolah dimungkinkan akibat keberadaan guru BK di sekolah yang tidak diberikan
tugas sebagaimana fungsinya. Hal ini karena kekurangpahaman pihak sekolah atau
kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan terkait fungsi BK di sekolah. Di
sisi lain, wajah cerah guru BK bukannya tak ada. Ada sekolah yang
mengalokasikan jam khusus bagi guru BK untuk memberikan layanan kepada siswa
secara klasikal di kelas. Di sekolah, ruangan BK semestinya representatif untuk
pelaksanan tugas guru BK. Interaksi guru BK dengan siswa selayaknya bersahabat,
sehingga siswa merasakan kenyamanan berkomunikasi atau mengungkapkan
masalahnya. Kompetensi dan profesionalisme guru BK perlu ditingkatkan agar
dapat melaksanakan layanan secara baik.
Sebagai bagian dari penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, BK memiliki peranan penting. BK bertujuan membantu siswa
mengenal dan memahami dirinya, menerima dan mengarahkan dirinya, dan dapat
mengaktualisasikan dirinya sesuai potensi dan kemampuan objektifnya. Guru BK
bisa memprogramkan layanan untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri siswa
dalam mewujudkan keberhasilan meraih cita-citanya. Kondisi siswa yang telah
baik perlu juga dipelihara dan dijaga, bahkan dikembangkan lebih baik lagi.
Dengan layanan BK di sekolah, siswa harapannya dapat menemukan makna dalam
dirinya sebagai individu manusia yang berharga untuk menjalankan kehidupan
sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar